Beranda | Artikel
Bolehnya Menangisi Jenazah Tanpa Nadb atau Niyahah
Selasa, 13 April 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Bolehnya Menangisi Jenazah Tanpa Nadb atau Niyahah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 01 Ramadhan 1442 H / 13 April 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Bolehnya Menangisi Jenazah Tanpa Nadb atau Niyahah

Pada kajian kali ini kita memasuki bab جواز البكاء عَلَى الميت بغير ندب وَلاَ نياحة  (dibolehkannya menangisi jenazah jika kita ditinggal mati oleh keluarga kita, tetapi dengan catatan kita dilarang meratapi mayat itu).

Al-Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala setelah menyebut bab ini, kemudian beliau mengatakan:

أمَّا النِّيَاحَةُ فَحَرَامٌ، وَسَيَأتِي فِيهَا بَابٌ فِي كِتابِ النَّهْيِ، إنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى.

“Adapun niyahah (meratapi mayat) dengan mengucapkan kalimat-kalimat ketika menangisi mayat itu, hukumnya adalah haram. Dan nanti akan dibahas satu bab tertentu dalam dalam kitab tentang kumpulan larangan-larangan, insyaAllahu Ta’ala.”

وَأمَّا البُكَاءُ فَجَاءتْ أحَادِيثُ بِالنَّهْيِ عَنْهُ، وَأنَّ المَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أهْلِهِ، وَهِيَ مُتَأَوَّلَةٌ ومَحْمُولَةٌ عَلَى مَنْ أوْصَى بِهِ، وَالنَّهْيُ إنَّمَا هُوَ عَن البُكَاءِ الَّذِي فِيهِ نَدْبٌ، أَوْ نِيَاحَةٌ،

“Adapun menangisi jenazah, banyak hadits yang datang dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang menangis. Dan bahwasanya satu mayat diadzab lantaran tangisan keluarganya. Larangan tersebut tentu dibawa kepada makna seseorang mewasiatkan agar kalau dia meninggal supaya ditangisi. Sedangkan yang dimaksud dengan larangan di sini adalah larangan yang disertai dengan nadb atau niyahah.”

Nadb yaitu seseorang menyebutkkan kebaikan-kebaikan dan kedudukan mayit ketika menangisi. Sedangkan niyahah yaitu menangisi mayat dengan mengungkapkan perasaan yang ada dalam diri seseorang dan dengan suara yang keras.

Intinya adalah meratapi mayat hukumnya adalah haram. Tetapi seseorang menangis karena dia ditinggal mati oleh keluarganya, maka ini hal yang dibolehkan, dengan syarat tanpa mengeluarkan kalimat-kalimat yang menunjukkan tidak ridha kepada takdir Allah.

Adapun dalil yang menunjukkan bolehnya menangis tanpa ratapan ketika ada yang meninggal, ada sejumlah hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di antaranya:

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menjenguk Sa’ad bin Ubadah ketika sakit. Yang menyertai beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika menjenguk di antaranya adalah Aburrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhum.

Setelah sampai, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun menangis. Ketika yang hadir di situ melihat tangisan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka mereka pun menangis. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bersabda:

ألاَ تَسْمَعُونَ؟ إنَّ الله لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ العَينِ، وَلاَ بِحُزنِ القَلبِ، وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهذَا أَوْ يَرْحَمُ. وَأشَارَ إِلَى لِسَانِهِ.

“Dengarkan, sesungguhnya Allah tidak mengadzab orang yang meninggal itu lantaran tetesan air mata, dan Allah pun tidak mengadzab jenazah lantaran hati yang sedih, akan tetapi Allah mengadzab atau merahmati mayat tersebut lantaran ini (lisan).” Dan beliau memberi isyarat pada lisannya. (Muttafaqun ‘alaih)

Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang perilaku dan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Sayyidul Mursalin, Imamul Muttaqin. Bagaimana belia sebagai seorang Rasul, seorang Nabi, seorang pemimpin kaum muslimin, beliau memberikan kepada kita contoh dengan menjenguk Sa’ad bin Ubadah, salah seorang sahabatnya yang mulia, ketika sakit.

Ini adalah contoh perilaku yang amat baik dan contoh teladan yang sangat mulia, dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau menjenguk jika ada di antara sahabat beliau yang sakit.

Di dalam hadits ini juga kita mengetahui adanya sejumlah sahabat yang bersama-sama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjenguk Sa’ad bin Ubadah. Ini menunjukkan bolehnya sejumlah orang menjenguk orang yang sakit, selama tidak menyakiti/mengganggu orang yang sakit itu.

Tetapi kalau memang harus masuk satu per satu, itu pun kita tetap mengikuti. Intinya bahwa menjenguk orang yang sakit dalam jumlah yang cukup banyak sebagaimana disebutkan dalam hadits, ini dibolehkan.

Hadits ini juga menunjukkan bahwa antara para sahabat satu dengan yang lainnya saling mencintai, saling mengingat, dan ini perilaku mereka Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Apa saja tiga hal tersebut? Simak faedah-faedah lain yang terdapat dalam hadits yang agung ini. Mari download dan simak mp3 kajian kajiannya.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50082-bolehnya-menangisi-jenazah-tanpa-nadb-atau-niyahah/